Senin, 16 Juni 2008

Obama In Indonesia.. and Obama In The World..


Para guru SDN Menteng 01 Jakarta berharap alumnus sekolah itu yang saat ini menjadi calon presiden AS, Barack Obama, dapat mendekatkan hubungan bilateral Indonesia dan Amerika, serta dapat menjunjung toleransi beragama di dunia.

Demikian disampai Kepala Sekolah SDN Menteng 01 Jakarta, Kuwadiyanto SPd yang ditemui Kompas.com di sekolah, Kamis (5/6). "Dulu saat sekolah di sini, dia (Obama) melihat adanya toleransi beragama di sekolah, karena sekolah kami adalah sekolah umum, semua agama tidak dibedakan," ujar Kuwadiyanto.

Ia juga menyampaikan bahwa tidak pernah bertemu langsung dengan Obama. "Saya dan guru-guru sekolah sini memang belum bertemu langsung dengan beliau. Meski begitu, secara moral dan doa kami mendukung Obama," katanya.Kuwadiyanto menambahkan mantan guru yang pernah mengajar Obama adalah Ny Sri Murtiningsih dan Effendi, tetapi keberadaan mereka sudah tidak diketahui sekolah.

Sekolah juga pernah menelusuri keberadaan kedua mantan guru itu, tetapi hingga sekarang belum berhasil. "Tapi kami yakin beliau berdua masih hidup," katanya.Kuwadiyanto menambahkan Obama bersekolah di SDN Menteng 01 antara 1969-1970, yaitu kelas 3 dan 4



Kemenangan Barack Obama dalam perebutan tiket calon presiden Partai Demokrat disambut baik orang-orang yang pernah menjadi teman masa kecilnya. "Saya tidak pernah membayangkan ia akan menjadi orang hebat," kata Widianto Hendro Cahyono (48).


Pria ini pernah menjadi teman sebangku Obama saat belajar di SDN Menteng 01 Jakarta, Rabu (4/6).Di sekolah itulah Obama pernah menghabiskan sebagian masa kecilnya di Indonesia. yaitu antara usia 6-10 tahun.


Ketika nama Obama mulai dikenal, mantan teman dan gurunya pun mencoba menggali kembali ingatan mereka ke masa lampau."Ia tergolong siswa yang biasa-biasa saja, tetapi sangat aktif. Ia selalu main bola tiap istirahat sampai mandi keringat," kata Cahyono yang sama-sama duduk di kelas tiga di sekolah itu.


Yang tak kalah bangga adalah sang kepala sekolah, Kuwadiyanto. Ia berharap suatu saat Obama mau berkunjung ke Indonesia.


Orang Indonesia lain yang berharap pada Obama adalah Djoko Susilo, bahwa Obama bisa meningkatkan hubungan bilateral dengan AS di bawah Obama. "Yang penting adalah menghentikan perang di Irak, Afghanistan dan lain-lain," kata politisi Partai Amanat Nasional itu.



Tidak hanya di Indonesia, warga negara lain juga berharap pada perubahan yang kelak dibawa Obama. Khususnya tentang janji mengubah wajah Amerika yang militeristik menjadi lebih ramah. Penghentian perang merupakan salah satu isu penting yang digarap Obama untuk mengobati kekecewaan warga Amerika yang sudah lelah berperang.


Wajah damai yang diinginkan Obama terhadap Amerika antara lain ditampilkannya janji-janji untuk membuka dialog dengan negara-negara yang selama ini menjadi musuh Amerika. Sebut saja Iran, Korea Utara, dan Kuba yang sejak lama diisolasi Amerika.


Di Vietnam, pengusaha real estat Ngo Van Hung (33) mengaku mengalihkan dukungannya dari Hillary Clinton ke Obama setelah menyaksikan Obama berkampanye. Di Vietnam, keluarga Clinton dipuja-puja karena berinisiatif memulihkan hubungan diplomatik yang puluhan tahun terputus.


Seperti kebanyakan warga Vietnam lain yang menderita dalam perang yang melibatkan militer AS, Hung menentang perang Irak. Ia sangat senang ketika mendengar Obama menentang perang itu.


"Obama menolak perang Irak sejak awal. Ia terlihat sebagai pecinta damai. Ia punya pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana memperlakukan orang yang berbeda kewarganegaraan dan berbeda negara," kata Hung.Seorang pengamat dari China memperkirakan tidak akan ada perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS.


Namun pasti warna kebijakan akan berubah secara keseluruhan, begitu Obama menguasai Gedung Putih."Dia akan membawa energi baru ke politik domestik dan kebijakan luar negeri AS. Itu pilihan baik bagi Demokrat," kata Zhe Feng, wakil direktur Center of International and Strategic Studies di Universitas Peking di Beijing.


Soal kemungkinan Obama menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika, Zhu mengatakan latar belakang etnis Obama tidak begitu berarti bagi rakyat China. "Dia menunjukkan belas kasih, inspirasi, kebijaksanaan dan intelijensia. Ia pembicara yang fantastis," kata Zhu.Namun begitu, Obama menjadi tidak populer di Pakistan, setelah ia berpendapat bahwa AS harus bertindak sendiri atas informasi tentang sasaran teroris di dalam batas wilayah nasional.


Itu memicu munculnya pendapat bahwa Obama tidak berbeda dengan George W Bush.Chaiwat Khamchoo, seorang profesor Thailand, mengatakan ketegangan dan konfrontasi akan berkurang, terutama di Timur Tengah, ketika AS dipimpin Obama. Meski begitu, ia memperkirakan tidak akan ada perubahan dramatis dalam hubungan AS dengan negara-negara Asia.


"Gaya Obama yang lebih lembut, yang menawarkan pembicaraan dan negosiasi akan mengubah citra Amerika Serikat," kata Chaiwat, profesor hubungan internasional di Universitas Chulalongkorn."Obama telah mengancam menyerang kami, bahkan sebelum menjadi presiden. Ia lebih berbahaya ketimbang Bush," kata Ibrar Ahmad (34), pengajar di perguruan tinggi pemerintah di Multan Pakistan.

Tidak ada komentar: